Ragam Bahasa dan Bahasa Ilmiah
A.
Pengertian
Ragam Bahasa
Setiap situasi memungkinkan
seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya. Faktor pembicara,
pendengar, pokok pembicaraan, tempat dan suasana pembicaraan berpengaruh pada
seseorang dalam memilih variasi bahasa. Istilah yang digunakan untuk menunjuk
salah satu dari sekian variasi pemakaian bahasa disebut dengan ragam bahasa.
Bahasa Indonesia
yang sangat luas wilayah pemakaiannya dan bermacam ragam penuturannya, mau
tidak mau, takluk pada hukum perubahan. Faktor sejarah dan perkembangan
masyarakat turut pula berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa
Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka macam itu masih disebut ‘bahasa
Indonesia’ karena masing-masing berbagai teras atau inti sari bersama yang
umum.
Istilah ragam
dapat disejajarkan dengan variasi. Adanya ragam atau variasi mengimplikasikan
bahwa dari berbagai ragam atau variasi itu terdapat model yang menjadi
acuannya. Dengan demikian, bagaimanapun model variasinya pastilah terdapat intisari
atau ciri-ciri umum yang sama. Jika variasi itu sudah menyimpang jauh dari inti
yang menjadi acuannya, itu berarti bahwa sudah bukan variasi dari acuannya,
melainkan merupakan model lain yang baru sama sekali (Suharsono, 1993).
Pemilihan terhadap
salah satu ragam bahasa dipengaruhi oleh faktor kebutuhan penutur atau penulis
akan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi. Dengan demikian, terdapat
berbagai variasi pemakaian bahasa sebbagai alat komunikasi. Terdapat aneka
ragam bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya.
B.
Macam-Macam
Ragam Bahasa
Mengingat fungsi dan situasi yang berbeda-beda dalam setiap
komunikasi antarmanusia, tersedia bermacam-macam ragam bahasa.
Pertama, dari segi
pembicara/penulis, ragam bahasa dapat diperinci berdasarkan daerah, pendidikan,
dan sikap.
1.
Ragam daerah
lebih dikenal dengan nama logat atau
dialek. Ragam bahasa ini tercipta karena terpengaruh kuat bahasa ibu si
pembicara/penulis. Faktor aksen, kosakata, dan variasi gramatikal, umpamanya
seringkali berpengaruh sebagai pembeda tiap-tiap ragam dialek.
2.
Ragam bahasa
ditinjau dari segi pendidikan pembicara penulis dapat dibedakan menjadi ragam
cendekiawan dan ragam noncendekiawan. Pembedaan ini berdasarkan pada tingkat
pendidikan formal dan nonformal pembicara penulis. Golongan orang terpelajar,
misalnya, akan berbeda ragam bahasanya dengan yang tidak terpelajar. Ragam
bahasa orang yang terdidik terpelihara. Badan lembagapemerintahan, pers, dan
sebagainya memilih ragam bahasa orang terdidik.
3.
Ragam bahasa
ditinjau dari segi sikap pembicara/penulis bergantung kepada sikapnya terhadap
lawan komunikasi. Ragam ini dipengaruhi oleh, pokok pembicaraan, tujuan dan
arah pembicaraan, sikap pembicaraaan, dan sebagainya. Segi-segi itulah yang
membedakan ragam itu menjadi ragam resmi dan nonresmi.
Kedua, dari segi pemakaiannya ragam bahasa diperinci berdasarkan
pokok persoalan, sarana, dan gangguan campuran.
1.
Ragam bahasa
ditinjau dari segi pokok persoalan berhubungan dengan lingkungan yang dipilih
dan dikuasai bergantung pada luasnya pergaulan, pendidikan, profesi, kegemaran,
pengalaman, dan sebagainya. Pemilihan ragam bahasa yang menyangkut pokok
persoalan sering menyangkut hal pemilihan kata, ungkapan khusus, dan kalimat
khusus sehingga hal ini memberikan kesan bahwa terdapat berbagai ragam bahasa
yang berbeda satu sama lain bergantung pada pokok persoalannya.
2.
Ragam bahasa
ditinjau dari segi sarananya dibedakan menjadi ragam lisan dan ragam tertulis
(tulisan). Ada berbagai hal yang membedakan bahasa lisan dengan tulisan.
Unsur-unsur aksen, tinggi rendah dan panjang pendeknya suara, serta irama
kalimat sulit dilambangkan dengan ejaan ke dalam bahasa tulisan.
3.
Ragam bahasa,
dalam pemakaiannya, sering terjadi gangguan percampuran unsur (kosakata
misalnya) daerah maupun asing. Ragam bahasa yang terpengaruh karena gangguan
percampuran unsur-unsur itu mendorong pembicara/penulis untuk bersikap
bijaksana dalam memilih.
Dilihat dari berbagai segi, terlihat bahwa ada berbagai ragam
bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya. Semua ragam bahasa itu termasuk ke
dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, tidak semua ragam bahasa termasuk ke dalam
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
C.
Ciri-ciri
Bahasa Ilmiah
Karangan ilmiah harus disajikan
dalam bahasa ilmiah, yakni salah satu ragam bahasa Indonesia, yang antara lain,
memiliki ciri:
1.
Bersifat lugas.
Artinya, apa yang mau diutarakan, dikatakan saja secara langsung, apa adanya, tidak
berbelit-belit.
2.
Mematuhi
kaidah-kaidah gramatika. Artinya, kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf sesuai
dengan kaidah-kaidah tata bahasa.
3.
Efektivitas
kalimat-kalimatnya terpenuhi. Maksudnya, pesan-pesan yang dikandung
kalimat-kalimat itu dapat diterima pembaca persisi seperti yang diinginkan
penulis.
4.
Kosakata yang
digunakan, selain kosakata baku, juga sesuai dengan kaidah pemilihan kata
(diksi), dan istilah-istilah yang digunakan sesuia dengan bidang ilmu yang
ditekuni.
5.
Kalimat-kalimatnya
bebas dari ketaksaan. Maksudnya, kalimat-kalimatnya, atau paragraf-paragrafnya
tidak menimbulkan tafsiran ganda.
6.
Bebas dari
makna kias dan figura bahasa. Artinya, kata-kata atau kalimat-kalimat yang
digunakan harus bermakna lugas.
7.
Mematuhi
persyaratan penalaran. Maksudnya, secara sematik kalimat-kalimat bersifat lugas
dan dapat diterima oleh akal sehat.
8.
Mematuhi atau
menerapkan kaidah-kaidah ejaan yang berlaku.
Semua ciri itu harus tampak terjalin pada setiap kalimat, setiap
paragraf, atau pada karangan ilmiah itu seutuhnya.
Daftar Pustaka
Chaer
Abdul, Ragam Bahasa Ilmiah, Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Sugihastuti,
Bahasa Laporan Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar